Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Mohammad Javad Zarif hari Selasa (30/10) mengatakan, publik dunia menentang sanksi AS, bahkan negara-negara Eropa juga melakukan perlawanan terhadap unilateralisme AS.
Kantor Berita Qods (Qodsna) - "Keputusan AS menjatuhkan sanksi terhadap Iran bertentangan dengan aturan dan etika internasional. Amat disayangkan negara pelanggar hukum ini justru ingin menjatuhkan sanksi kepada negara-negara yang selama ini taat aturan," ujar Zarif di sela-sela pertemuan trilateral di Istanbul.
"AS tidak akan bisa mewujudkan tujuannya dengan menjatuhkan sanksi terhadap Iran," tegasnya.
Pertemuan trilateral tingkat menlu dihadiri menteri luar negeri dari Turki, Iran dan Republik Azerbaijan yang berlangsung Selasa (30/10) untuk membahas masalah transit, energi, pariwisata dan kerja sama sains.
Kepala Dewan Eksekutif Hizbullah, Sayyed Hashem Safieddine menekankan bahwa meskipun disanksi AS, Poros Mukawamah Lebanon dan sekutu-skutunya dalam tahun 2019 adalah lebih kuat dari sebelum-belumnya, menambahkan bahwa ini pasti mengganggu musuh.
Mohammad Sajedi, seorang ahli hubungan internasional dalam wawancara eksklusif dengan Kantor Berita Qods (Qodsna) mengatakan bahwa perjalanan Presiden Suriah ke Iran saat ini dapat dianalisis dalam 3 perspektif.
Mantan asisten penasehat keamanan nasional Israel, Eran Etzion seraya merekomendasikan kabinet rezim ini untuk mengambil inspirasi dari dokumen baru prospek 50 tahun Iran mengakui bahwa Tehran sangat rumit dan kuat sehingga sulit dikalahkan.
Menteri Luar Negeri Iran merespon tuduhan sebagian negara Eropa terhadap Iran. Menurutnya, tuduhan terhadap Iran itu tidak akan membuat Eropa terlepas dari tanggung jawab melindungi teroris.
Anggota senior gerakan perlawanan Islam Palestina, Hamas mengatakan, Republik Islam Iran memainkan peran langsung dalam mendukung rakyat dan perlawanan Palestina.
social pages
instagram telegram twiter RSS