Jangan Sasarkan Radikalisme pada Kelompok Orang atau Agama

Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama antar Agama Din Syamsuddin mengimbau agar masyarakat tidak menyasarkan radikalisme pada satu kelompok orang atau agama.
"Kalau isu radikalitas itu disasarkan pada kelompok tertentu saja itu justru itu akan mendorong reaksi yang kadang kala bersifat radikal," kata Din, Jakarta, Selasa, 14 Agustus 2018 seperti dikutip Antaranews.
Din menuturkan jika mengalungkan radikalitas pada satu kelompok maka tindakan itu hanya memunculkan sikap radikal.
"Jangan isu radikalitas itu hanya dikenakan pada Islam, umat Islam, ini sikap yg tidak moderat. Jadi kalau sampai ada tuduhan kepada satu kelompok orang sebagai radikal, itu bisa dianggap sebagai bentuk radikalitas itu sendiri. Kita harus melihat persoalan secara umum," tuturnya.
Din yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia mengatakan Islam Indonesia bersifat moderat.
"Tidak bisa dibayangkan adanya stabilitas Indonesia seperti sekarang ini kalau muslimnya tidak moderat, kalau umat Islamnya tidak toleran," tuturnya.
Menurut dia, radikalisme dan radikalitas terdapat di semua lingkaran baik agama, suku maupun kebangsaan yaitu satu sikap yang ekstrim yang ingin melakukan perubahan dengan memotong akar dari sistem yang ada.
Din mengatakan radikalisme keagamaan dipicu banyak faktor, salah satunya kesalahan pendekatan dalam memahami kitab suci.
"Jika seorang pemeluk agama memahami teks kitab suci secara sepihak dan terutama mengambil pada ayat-ayat yang terkesan mendorong kepada radikalitas itu. Padahal banyak ayat-ayat lain justru mendorong pada perdamaian, kerukunan dan toleransi," jelasnya.
Tapi radikalitas juga dipicu oleh faktor-faktor non agama terutama ketika tidak ada ketidakadilan atau kesenjangan baik sosial, ekonomi maupun politik.
"Saya ingin katakan kalau umat Islam di Indonesia yang mayoritas itu tidak toleran, sudah hancur Indonesia ini," ujarnya.
Dalam rangka membangun kerukunan, dia mengajak semua komponen bangsa untuk bersama-sama mencari akar tunjang dari radikalitas baik atas nama agama, kepentingan politik, dan atas nama kepentingan ekonomi. Kekerasan juga tidak hanya bentuk fisik tapi ada juga kekerasan pemodal dan negara. Hal itu yang harus diatasi bersama-sama dengan konsep moderasi atau Jalan Tengah.
"Radikalitas itu, ekstrimisme itu adalah musuh kita bersama, harus kita atasi dengan Jalan Tengah," ujarnya.
Pancasila, Jalan Tengah
Sebelumnya, Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja sama antar Agama menuturkan Pancasila bercorak Jalan Tengah atau moderasi yang dapat diadopsi oleh bangsa-bangsa lain.
"Pancasila adalah salah satu ideologi nasional yang bercorak Jalan Tengah. Karena itu adalah titik temu pandangan dari masyarakat yang beragam dan majemuk itu. Oleh karena itu, tidak ada salahnya, kita tidak sesumbar ingin mengatakan mau mengeksplor Pancasila, tapi esensi dari Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika itu adalah Jalan Tengah," kata Din dalam Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum/WPF) ke-7, Jakarta, Selasa.
WPF itu berlangsung di Jakarta pada 14-16 Agustus 2018 dan mengangkat tema "the Middle Path for the New World Civilization" (Jalan Tengah untuk Peradaban Dunia yang Baru).
Forum itu diikuti sekitar 231 tokoh dari 43 negara seperti pembuat kebijakan, pemimpin agama, intelektual, aktivis perdamaian, dan tokoh-tokoh terkemuka dari berbagai kebangsaan.
Ketua Panitia Penyelenggaraan WPF ke-7 Muhammad Najib menuturkan warga Indonesia harus menjaga Pancasila yang merupakan warisan berharga dari para pendiri bangsa Indonesia.
"Bagi Indonesia, Pancasila adalah Middle Path. Ini adalah warisan para founding fathers yang harus kita jaga, tentu harus dikembangkan dalam ruang dan waktu yang berbeda sesuai dengan tuntutan aktual saat ini," ujarnya. Najib menuturkan Indonesia juga berbagi pengalaman mengimplementasikan demokrasi dan persatuan di tengah keberagaman.
"Di Indonesialah demokrasi di negara Muslim begitu tumbuh subur, karena itu banyak pihak ingin belajar dari Indonesia, berbagi pengalaman. Indonesia tentu tidak ingin menggurui. Tentu ketika pengalamannya ingin didengar,kita sampaikan," tuturnya.