Faktor dan Dampak Kerusuhan di Basra

Instabilitas dan kerusuhan di Provinsi Basra yang terletak di selatan Irak yang meletus sejak Selasa (4/9) semakin parah dan hingga kini sebelas orang dilaporkan tewas dan puluhan lainnya cidera.
Kantor Berita Qods (Qodsna): Setelah kerusuhan dan instabilitas di Basra semakin parah, komando operasi gabungan di Irak seraya menyebut peristiwa ini sebagai kerusuhan dan gejolak serta menginstruksikan jajaran keamanan negara ini untuk menindak tegas para peusuh di Provinsi Basra. Dalam hal ini disebutkan bahwa sejumlah pasukan keamanan telah dikirim dari Baghdad ke Basra.
Pertanyaan penting di sini adalah, apa penyebab kerusuhan di Basra? Ada dua jawaban terkait kerusuhan di Basra. Pertama, akar dari protes di Basra adalah lemahnya pelayanan sosial. Warga provinsi ini memprotes kesulitan hidup mereka termasuk air, listrik dan tingginya angka pengangguran.
Komisaris Hak Asasi Manusia (HAM) dengan bersandar pada data yang ada di rumah sakit mengumumkan bahwa akibat polusi air, 20 ribu warga Basra keracunan. Para demonstran di Basra meyakini bahwa kondisi saat ini tidak layak bagi provinsi mereka, karena provinsi ini terkenal daerah paling kaya di Irak.
Jawaban kedua adalah, peristiwa hari Ahad di Basra terkait pembakaran gedung konsulat Republik Islam Iran menunjukkan adanya rencana konspirasi yang bukan saja ditujukan bagi Basra, tapi juga seluruh Irak.
Wajar jika rakyat yang protes atas kesulitan hidup mereka tidak memiliki motivasi untuk meyerang dan membakar konsulat sebuah negara. Meski tanggung jawab dan lemahnya aparat keamanan dalam menjaga konsulat Iran tidak dapat disembunyikan, namun tak diragukan lagi aksi ini dilakukan oleh oknum-oknum yang selama beberapa bulan terakhir menyusun strategi menebarkan friksi antara Republik Islam Iran dan Irak.
Faktor lain menunjukkan bahwa apa yang tengah terjadi di Basra merupakan konspirasi asing dengan memanfaatkan orang-orang bayaran internal adalah pembakaran kantor al-Hashd al-Shaabi. Padahal pendiri dari pasukan al-Hashd al-Shaabi adalah rakyat selatan Irak dan basis massa terbesar kelompok ini serta jumlah syuhada paling banyak adalah dari Provinsi Basra.
Para pemimpin demo di Basra juga menyatakan bahwa pembakaran pusat diplomatik dan kantor kelompok muqawama dilakukan oleh para penyusup dan tidak ada kaitannya dengan para demonstran.
Instabilitas dan kerusuhan di Basra dapat menimbulkan dampak yang berbahaya. Meski petinggi Iran dan Irak mengecam peristiwa di Basra dan menekankan sikap tegas dalam menyikapi peristiwa ini, namun bagaimanapun juga Departemen Luar Negeri Irak di statemennya menyebut pembakaran gedung konsulat Iran di Basra merusak kepentingan Irak dan hubungannya dengan negara dunia.
Dampak penting lain dari peristiwa Basra adalah pengaruhnya pada kondisi politik dan keamanan Irak. Ketika berbagai kubu negara ini terlibat perselisihan soal pembentukan pemerintahan baru, kerusuhan di Basra dapat memperparah friksi internal.
Irak baru saja terbebas dari instabilitas yang dikobarkan Daesh. Kejadian di Basra dapat membawa Irak ke arah instabilitas sosial baru. Dalam hal ini, Sayid Ammar Hakim, ketua Gerakan Hikmah Nasional Irak dalam statemennya seraya mengungkapkan kekhawatirannya atas kejadian terbaru di Basra mengecam keras serangan terhadap konsulat Iran di kota tersebut. Ia juga menyebut peristiwa ini telah menempatkan Irak di posisi berbahaya sebagai dampak paling signifikan dari kerusuhan di Basra.
social pages
instagram telegram twiter RSS